Terpaksa Lalu Terbiasa.

“Tentang aku”
Perkenalkan namaku nailatul Karimah. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dan sekarang aku duduk di bangku kelas 9 f Mts Miftahul Ulum Banyuputih kidul Jatiroto Lumajang. Ini tentang masa kecilku, yaitu masa di mana waktu itu aku masih SD. Pada saat itu aku selalu diharuskan untuk belajar, belajar, dan belajar terutama di saat mau ujian. Belajar adalah hal yang harus aku lakukan setiap hari dan setiap waktu. Sepulang sekolah belajar, setelah pulang ngaji belajar lagi, malam pun mau tidur harus belajar.
“Hmmmm….. Tapi tenang aku tidak depresi kok” ujarku dalam hati.

Suatu ketika aku sempat kesal atas perilaku orang tua yang selalu menyuruhku belajar, bahkan waktu bermain ku sangatlah minim. Orang tuaku berprinsip bahwa aku harus selalu bisa, meskipun sulit. Suatu ketika pada saat pengambilan raport, aku sangat khawatir yang datang untuk mengambilnya adalah orang tuaku, khawatir nantinya dimarahi karena saat itu nilai raportku menurun dari nilai raport sebelumnya, kata bu guru.

Yaaa… Memang benar waktu itu aku selalu terpaksa untuk belajar, tetapi seiring berjalannya waktu paksaan itu mulai tidak terdengar, namun hal ini membuatku seakan-akan kangen atas paksaan untuk belajar itu, sehingga ini membuatku terbiasa belajar, belajar, dan belajar hingga saat ini.

Suatu ketika aku pernah melihat kata-kata begini “ikhlas itu bohong yang benar ialah terpaksa lalu terbiasa”. Entah kata-kata ini benar atau salah yang pasti ini mengingatkanku pada saat aku SD hingga saat ini, di mana paksaan itu selalu ada hingga menjadikan terbiasa sampai saat ini. Dari paksaan orang tuaku itu aku sampai berpikir bahwa “orang tuaku tidak sayang kepadaku”. Tapi saat ini aku sadar bahwa apa yang dilakukan oleh kedua orang tuaku semata-mata demi kebaikanku juga.

Mungkin aku bukanlah satu-satunya siswi, perempuan, dan santri yang merasakan ini, tapi saya yakin banyak di luar sana bahkan teman-temanku sendiri yang merasakan hal yang sama. Dari sini saya berharap kalian semua bisa mengambil hikmah dari apa yang dilakukan oleh kedua orang tua kita, karena tidak ada satupun orang tua yang ingin anaknya menjadi orang yang gagal. Pastinya mereka menginginkan anaknya menjadi lebih baik dari kedua orang tuanya. Ingatlah bahwa ridho Allah tergantung dari ridho kedua orang tua, bahkan murka Allah juga tergantung dari murka kedua orang tua.
Mungkin inilah yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat, amiiii….

 

By : Nailatul Karimah
Kelas : IX F
MTs Miftahul Ulum Banyuputih kidul

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *