Pengertian rabu wekasan atau rabu bungkasan (bahasa madura)
Secara bahasa rabu wekasan atau rabu bungkasan terdiri dari dua kata, yaitu rabu dan wekasan atau bungkasan. Rabu adalah nama dari salah satu hari dari ketujuh nama-nama hari, yaitu al-arba’ dalam bahasa arab yang artinya hari ke empat. Yang kedua adalah kata wekasan atau bungkasan, bungkasan dalam bahasa madura artinya paling belakang atau terakhir.
Jadi secara istilah rabu wekasan atau rabu bungkasan adalah hari rabu terakhir di bulan safar (salah satu bulan dari kalender jawa) bukan di bulan-bulan yang lain, meskipun ada juga hari rabu terakhir di bulan yang lain. Di katakan terakhir karena hari rabu pekan depan sudah masuk ke bulan maulud.
Menurut dari berbagai keerangan pada hari rabu wekasan ini Allah swt menurunkan ratusan ribu bala’ musibah. Menurut Abdul Hamid quds dalam kitab kanzun najah was-surur fi fadhail al-azminah wash-shuhur menjelaskan pada hari rabu ini Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi.
Jadi tidak heran jka para ulama menla hari ini merupakan hari terberat sepanjang tahun. Oleh sebab itu para ulama menyarankan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt. Diantara amalan-amalan yang dianjurkan oleh ulama ahli ma’rifat yaitu shalat sunnah 4 rakaat dengan niat shalat sunnah mutlak, dimana di setiap rakaat setelah membaca fatihah membaca surat al-kautsar 17 kali lalu surat al-ikhlas 5 kali dan dilanjutkan dengan surat al-falaq dan an-naas masing-masing satu kali kemudian berdoa kepada Allah swt meminta keselamatan.
Amalan lain yang dianjurkan oleh para ulama adalah menulis 7 ayat salamun, yaitu “salamun qoulam mirrabbir rahim” (QS. Yasin: 58), salamun alaa nuhin fil aalamin” (QS. As-Saffat:79), “salamun ala ibrahiim” (QS. As-Saffat :109), salamun ala musa wa harun” (QS. As-Saffat:120), “salamun ala ilyasiin” (as-Saffat: 130), salamun alaikum thibtum fadkhuluha khalidun”(QS. Az-zumar: 73), “salamun hiya hatta matla’il fajr” (QS. Al-qadr:5). Caranya adalah ketujuh ayat ini ditulis ke piring atau wadah apa saja menggunakan spidol yang sekiranya bisa luntur ketika di beri air, kemudian airnya diminum dengan niat tafa’ulan supaya kita bisa selamat dari bala’ yang diturunkan Allah swt.
Penulis : Aminuddin, S.Pd.I